Analisis Novel Brandal-Brandal
Ciliwung
(Achmad M.S.)
1. Judul
Novel :
Brandal-Brandal Ciliwung
2. Pengarang
Novel : Achmad M.S.
3. Tahun
terbit : 1962
4. Penerbit : Pustaka
Jaya
5. Jumlah
Halaman : 75 halaman
6. Unsur-Unsur
Intrinsik :
·
Tema : Persahabatan anak-anak kampung yang tinggal
di sekitar Sungai Ciliwung.
·
Tokoh dan
Penokohan :
a. Saaman : Pemberani, berjiwa pemimpin, religius,
bersikap dewasa.
b. Ibu
Muse : Tegas, pelit, penyayang.
c. Muse : Brandal paling berani di sekolah,
jago olahraga, jago berkelahi, senang membantu ibunya.
d. Fadil : Tukang menyontek, penakut, pandai
berbohong.
e. Idrus : Provokator, tukang berkelahi.
f. Tatang : Penakut, suka membantu ibunya.
g. Tape : Pendongkol.
h. Mirin : Suka membantu ibunya, gampang
tersulut emosi, provokator.
i.
Dudung : Suka mengejek, dungu, penakut.
j.
Rais : suka melanggar perintah ibunya.
· Latar :
a. Latar
tempat : Di
perkampungan sekitar Sungai Ciliwung, Masjid Kwitang, dekat pasar, di sekolah.
b. Latar
waktu : Peristiwa
pada novel ini terjadi pada bulan September 1957, tepatnya waktu antara bulan
Ramadan hingga lebaran.
c. Latar
suasana :
Ø Mencekam : Terjadi ketika Sidin menghilang
saat bermain petak umpet dan dikira ia disembunyikan oleh hantu.
Ø Menggelikan : Terjadi pada peristiwa-peristiwa yang
menunjukkan kenakalan anak-anak kecil pada waktu itu dengan segala
kepolosannya.
Ø Mengharukan : Terjadi pada saat Muse dan ibunya
menangis bersama-sama ketika lebaran tiba karena mereka teringat ayahnya yang
sudah tiada.
d. Alur : Novel ini
menggunakan alur maju, karena diawali dengan perkenalan para tokoh hingga
peristiwa-peristiwa yang menggambarkan aktivitas mereka.
e. Gaya
bahasa : Novel ini
masih menggunakan bahasa khas Betawi dan ejaan lama, namun diakhir novel
penulis memberikan daftar kosakata Betawi beserta artinya, sehingga memudahkan
pembaca untuk memahami isi dari novel tersebut.
f. Sudut
pandang : Novel ini
menggunakan sudut pandang orang ketiga serba tahu.
g. Amanat :
Ø Jadilah
anak yang patuh dan mendengarkan nasihat orang tuamu, karena bagaimanapun sikap
dan keadaan orang tua kita, sesungguhnya mereka sangat menyayangi kita.
Ø Jadikan
perbedaan sebagai penyatu kita, bukan malah membuat kita berkelahi satu sama
lain. Maka dari itu, kita tidak boleh gampang tersulut emosi karena segala
persoalan dapat diselesaikan dengan jalan damai.
7. Sinopsis
Novel “Brandal-Brandal Ciliwung”
Kisah novel ini
diawali dari persahabatan antara Muse, Saaman, Tatang, Tape, Mirin, dan Rais.
Mereka adalah anak-anak yang masih duduk di bangku SD. Mereka kerap mengisi
waktu bersama-sama, mengaji bersama, bermain bersama, dan berangkat sekolah
bersama.
Meskipun masih
tergolong anak kecil, namun mereka sangat nakal dan suka berkelahi. Jika ada
anak dari kampung lain mengolok-olok mereka, maka dengan mudah emosi mereka
tersulut, hingga timbul perkelahian di antara mereka. Saling memukul, saling
tinju, hingga baju yang mereka kenakan sobek-sobek tidak membuat mereka
jera. Namun, di balik sikap mereka yang
seperti itu, mereka mempunyai sifat penyayang, terutama pada keluarga mereka.
Setiap hari, mereka membantu ibunya menjajakan barang dagangan ibu mereka
keliling kampung.
Pernah suatu
ketika mereka bermain petak umpet hingga petang. Saat bermain itulah, tiba-tiba
Sidin yang sedang bersembunyi dinyatakan menghilang sehingga membuat panik
orang-orang sekampung. Setelah dicari kemana-mana ternyata Sidin tidak hilang,
ia hanya pergi ke desa seberang untuk melihat pertunjukkan topeng.
Kenakalan-kenakalan
mereka tidak berhenti sampai di situ, pernah suatu ketika mereka diejek oleh
Idrus. Mereka tidak terima hinga terjadi perkelahian besar di dekat pasar yang
menyebabkan mereka semua terluka.
Di balik sosok
mereka yang senang berkelahi, ternyata mereka tetaplah anak kecil yang masih
sering menangis ketika dimarahi ibunya. Pada hari lebaran mereka menangis dan
bersimpuh di kaki ibu mereka. Mereka meminta maaf atas kesalahan-kesalahan yang
telah mereka lakukan.
8. Riwayat
Hidup Pengarang
Achmad M.S. adalah penulis novel Brandal-Brandal Ciliwung yang juga
pernah menjadi penulis naskah lenong Jakarta pada tahun 1971. Ia merupakan
sastrawan angkatan tahun 1950-an. Kiprahnya di dunia sastra sudah lama tidak
terdengar, karena berdasarkan informasi yang saya dapatkan, setelah menulis
novel Brandal-Brandal Ciliwung beliau
dinyatakan vakum dari dunia sastra. Informasi yang saya dapatkan mengenai
beliau pun sangat terbatas, entah dari buku maupun internet, saya belum
mendapatkan informasi yang jelas mengenai riwayat hidup beliau.
0 komentar:
Posting Komentar