»

Laman

Sabtu, 16 Juni 2012

Perawan Penyamun


Dahulu kala, ditengah hutan  lebat hiduplah sekelompok penyamun, yang dikepalai oleh Medasing. Medasing mempunyai  lima anak buah, yaitu Amat, Sohan, Tusin, Sanip, dan Samad. Mereka semua besar dan kuat. Penyamun – penyamun itu bekerja merampok, membunuh, hingga terkadang membakar rumah orang yang disamun.
Suatu ketika, mereka  berencana menyamun saudagar  bernama Haji Sahak. Beliau baru saja menjual tiga puluh kerbau milik warga desa. Malam harinya, sekelompok penyamun beraksi dengan memasuki rumah Haji Sahak. Ketika Haji Sahak terbangun, Medasing menembuskan mata tombak di dadanya. Setelah dipastikan tewas, mereka mengambil seluruh hartanya, lalu membakar rumahnya. Saat itu, di dalam rumah masih ada Nyi Haji Andun yang tengah pingsan dan Sayu yang tengah ketakutan. Mereka adalah istri dan anak Haji Sahak.  Karena kecantikan Sayu,Medasing terpesona dan membawanya ke hutan.

Setelah setahun, jumlah anak buah Medasing semakin berkurang karena mati. Saat itu, tinggallah Sayu dan Medasing yang sedang sakit. Semakin hari, persediaan makanan semakin berkurang. Sayu dan Medasing pergi ke dusun tempat sayu tinggal dahulu, karena mereka takut mati kelaparan di hutan. Dengan tidak sabar, Sayu segera menemui ibunya yang sedang sakit pa rah memikirkan nasibnya. Setelah sampai,  ternyata ibunya sedang sakaratul maut dan akhirnya meninggal dunia. Melihat itu, sayu sangat sedih dan menangis meratapi ibunya yang sudah meninggal.
Lima belas tahun kemudian, keadaan telah berubah. Sayu dan Medasing menjadi suami istri dan orang terpandang di dusunnya. Mereka pun sudah dikarunia dua anak. Selain itu, mereka baru saja melaksanakan ibadah haji di Makkah. Maka, Lengkap lah sudah kebahagiaan keluarga Medasing.
Dari cerita di atas, amanat yang dapat diambil adalah, bahwa peneritaan tidak akan datang selamanya, maka kita harus sabar, tawakal dan tetap berusaha untuk memperoleh kebahagiaan. Meskipun banyak dosa dan kesalahan kita, tidak ada kata terlambat untu bertobat selama masih ada kesempatan

0 komentar:

Posting Komentar